Rabu, 29 Februari 2012

air mata mutiara

AIRMATA MUTIARA


Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut
mengadu dan mengeluh pada ibunya sebab sebutir pasir
tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek.
"Anakku," kata sang ibu sambil bercucuran air mata,
"Tuhan tidak memberikan pada kita, bangsa kerang,
sebuah tangan pun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu."

Si ibu terdiam, sejenak, "Sakit sekali, aku tahu
anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam.
Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan
semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang
menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu.
Hanya itu yang bisa kau perbuat", kata ibunya dengan
sendu dan lembut.

Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada
hasilnya, tetapi rasa sakit bukan alang kepalang.
Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat
ibunya. Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun
lamanya. Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara
mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin
halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin
lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi
terasa lebih wajar.

Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar,
utuh mengilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan
sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara; air
matanya berubah menjadi sangat berharga. Dirinya kini,
sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga
daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang
sebagai kerang rebus di pinggir jalan.

******

Cerita di atas adalah sebuah paradigma yg menjelaskan
bahwa penderitaan adalah lorong transendental untuk
menjadikan "kerang biasa" menjadi "kerang luar biasa".
Karena itu dapat dipertegas bahwa kekecewaan dan
penderitaan dapat mengubah "orang biasa" menjadi
"orang luar biasa".

Banyak orang yang mundur saat berada di lorong
transendental tersebut, karena mereka tidak tahan
dengan cobaan yang mereka alami. Ada dua pilihan
sebenarnya yang bisa mereka masuki: menjadi `kerang
biasa' yang disantap orang, atau menjadi `kerang yang
menghasilkan mutiara'. Sayangnya, lebih banyak orang
yang mengambil pilihan pertama, sehingga tidak
mengherankan bila jumlah orang yang sukses lebih
sedikit dari orang yang `biasa-biasa saja'.

Mungkin saat ini kita sedang mengalami penolakan,
kekecewaan, patah hati, atau terluka karena
orang-orang di sekitar kamu cobalah utk tetap
tersenyum dan tetap berjalan di lorong tersebut, dan
sambil katakan di dalam hatimu..
"Airmataku diperhitungkan Tuhan.. dan penderitaanku
ini akan mengubah
diriku menjadi mutiara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar