Sabtu, 11 Februari 2012

makalah

WAWASAN TENTANG
STRATEGI DAN APLIKASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
BERBASIS KOMPETENSI
Makalah Disampaikan Pada
Seminar Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Matematika,
MGMP MATEMATIKA-KOTA YOGYAKARTA
Bertempat di SMU Negeri 3 Yogyakarta Yogyakarta
Kamis, 22 Mei 2003
Oleh :
Drs. Marsigit MA
Dosen Jurusan Pendidikan Matematika
FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
1
WAWASAN TENTANG
STRATEGI DAN APLIKASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
BERBASIS KOMPETENSI
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Drs. Marsigit MA, Dosen Jurusan Pendidikan Matematika
FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
I. PENDAHULUAN
Perencanaan dan pengembangan kurikulum merupakan suatu pekerjaan yang
memerlukan telaah mendalam dan komprehensif untuk memenuhi syarat kelayakan.
Dinamika perkembangan bangsa Indonesia dewasa ini, menuntut bahwa pengembangan
kurikulum perlu memperhatikan: isu-isu mutakhir dalam bidang pendidikan, persoalanpersoalan
yang muncul di lapangan, variasi sekolah, tenaga kependidikan, minat dan
kemampuan siswa, serta tuntutan perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Enam prinsip dasar harus diperhatikan dalam pengembangan silabus matematika
berdasar kompetensi, yakni : (1) kesempatan belajar bagi semua subyek didik tanpa
kecuali, (2) kurikulum tidak hanya merupakan kumpulan materi ajar melainkan dapat
merefleksikan kegiatan matematika secara koheren, (3) pembelajaran matematika
memerlukan pemahaman tentang kebutuhan belajar siswa, kesiapan belajar dan
pelayanan fasilitas pembelajaran, (4) kesempatan bagi siswa untuk mempelajari
matematika secara aktif untuk membangun struktur konsep melalui pengetahuan dan
pengalamannya, (5) perlunya kegiatan asesmen untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dari waktu ke waktu, dan (6) pemanfaatan berbagai macam strategi dan
metode pembelajaran secara dinamis dan fleksibel sesuai dengan materi, siswa dan
konteks pembelajaran.
Disadari bahwa pokok persoalan yang paling mendasar adalah bagaimana
perencanaan, pengembangan dan implementasi kurikulum sesuai dengan kegiatan belajar
mengajar yang diharapkan. Untuk menjawab persoalan tersebut maka dalam perencanaan
dan pengembangan kurikulum perlu memperhatikan: (1) Pedoman Khusus
Pengembangan silabus, (2) petunjuk teknis pelaksanaan kurikulum yang dikembangkan,
(3) penunjang kurikulum dalam berbagai bentuknya, seperti: buku sumber, fasilitas
pembelajaran dan kemampuan guru, (4) keterlibatan guru dan tenaga kependidikan
lainnya dalam perencanaan dan pengembangan kurikulum, (5) perlunya sosialisasi
pengembangan kurikulum kepada stake-holder, dan (6) perlunya evaluasi berkelanjutan
terhadap pelaksanaan kurikulum.
Pendidikan matematika berbasis kompetensi menekankan pada kemampuan yang
seyogyanya dimiliki oleh lulusan; sehingga kurikulum dikembangkan berdasar
penjabaran dari standar kompetensi menjadi kemampuan dasar. Standar kompetensi
merupakan kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan dalam pembelajaran
matematika; sedangkan kemampuan dasar merupakan kemampuan minimal dalam mata
pelajaran matematika yang harus dimiliki oleh siswa. Kemampuan dasar dapat berupa
kemampuan afektif, kognitif maupun psikomotor.
2
Permasalahan pokok dalam pembelajaran matematika berkaitan dengan tujuan
pembelajaran, cara mencapai tujuan tersebut serta bagaimana mengetahui bahwa tujuan
tersebut telah tercapai. Oleh karena itu, silabus mata pelajaran matematika perlu disusun
sehingga memuat garis-garis besar materi pembelajaran yang mengacu pada karakteristik
matematika sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Nafas dari kurikulum berbasis kompetensi adalah pada pengembangan
pengalaman belajar tangan pertama, contextual teaching and learning (CT &L),
meaningful teaching, dengan memperhatikan kecakapan hidup (life skill) baik berupa
generic skill (kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan akademik dan kecakapan
ketrampilan). Semua kemampuan/kompetensi yang dikembangkan dinilai dengan prinsip
penilaian/asesmen otentik tidak hanya pada tingkat ingatan dan pemahaman tetapi sampai
ke penerapan.
II. KARAKTERISTIK MATEMATIKA DAN PESERTA DIDIK
A. Karakteristik Matematika Sekolah
Mengajarkan matematika tidaklah mudah karena fakta menunjukkan bahwa para
siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika (Jaworski, 1994). Perlu
kiranya dibedakan antara matematika dan matematika sekolah. Agar pembelajaran
matematika dapat memenuhi tuntutan inovasi pendidikan pada umumnya, Ebbutt dan
Straker (1995: 10-63) mendefinisikan matematika sekolah yang selanjutnya disebut
sebagai matematika, sebagai berikut :
1. Matematika sebagai kegiatan penelusuran pola dan hubungan
Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran adalah : (1) memberi
kesempatan siswa untuk melakukan kegiatan penemuan dan penyelidikan pola-pola
untuk menentukan hubungan, (2) memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan
percobaan denga berbagai cara, (3) mendorong siswa untuk menemukan adanya urutan,
perbedaan, perbandingan, pengelompokan, dsb, (4) mendorong siswa menarik
kesimpulan umum, (5) membantu siswa memahami dan menemukan hubungan antara
pengertian satu dengan yang lainnya.
2. Matematika sebagai kreativitas yang memerlukan imajinasi,
intuisi dan penemuan
Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran adalah : (1) mendorong
inisiatif dan memberikan kesempatan berpikir berbeda, (2) mendorong rasa ingin tahu,
keinginan bertanya, kemampuan menyanggah dan kemampuan memperkirakan, (3)
menghargai penemuan yang diluar perkiraan sebagai hal bermanfaat daripada
menganggapnya sebagai kesalahan, (4) mendorong siswa menemukan struktur dan desain
matematika, (5) mendorong siswa menghargai penemuan siswa yang lainnya, (6)
mendorong siswa berfikir refleksif, dan (7) tidak menyarankan hanya menggunakan satu
metode saja.
3. Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah (problem solving)
Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran adalah : (1) menyediakan
lingkungan belajar matematika yang merangsang timbulnya persoalan matematika, (2)
membantu siswa memecahkan persoalan matematika menggunakan caranya sendiri, (3)
membantu siswa mengetahui informasi yang diperlukan untuk memecahkan persoalan
3
matematika, (4) mendorong siswa untuk berpikir logis, konsisten, sistematis dan
mengembangkan sistem dokumentasi/catatan, (5) mengembangkan kemampuan dan
ketrampilan untuk memecahkan persoalan, (6) membantu siswa mengetahui bagaimana
dan kapan menggunakan berbagai alat peraga/media pendidikan matematika seperti :
jangka, kalkulator, dsb.
4. Matematika sebagai alat berkomunikasi
Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran adalah : (1) mendorong siswa
mengenal sifat matematika, (2) mendorong siswa membuat contoh sifat matematika, (3)
mendorong siswa menjelaskan sifat matematika, (4) mendorong siswa memberikan
alasan perlunya kegiatan matematika, (5) mendorong siswa membicarakan persoalan
matematika, (6) mendorong siswa membaca dan menulis matematika, (7) menghargai
bahasa ibu siswa dalam membicarakan matematika.
B. Karakteristik Siswa Belajar Matematika
Ebbutt dan Straker (1995: 60-75), memberikan pandangannya bahwa agar potensi
siswa dapat dikembangkan secara optimal, asumsi tentang karakteristik subjek didik dan
implikasi terhadap pembelajaran matematika diberikan sebagai berikut :
1. Murid akan mempelajari matematika jika mereka mempunyai
motivasi
Implikasi pandangan ini bagi usaha guru adalah : (1) menyediakan kegiatan yang
menyenangkan, (2) memperhatikan keinginan siswa, (3) membangun pengertian melalui
apa yang ketahui oleh siswa, (4) menciptakan suasana kelas yang mendukung kegiatan
belajar, (5) memberikan kegiatan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, (6)
memberikan kegiatan yang menantang, (7) memberikan kegiatan yang memberikan
harapan keberhasilan, (8) menghargai setiap pencapaian siswa.
2. Murid mempelajari matematika dengan caranya sendiri
Implikasi pandangan ini adalah: (1) siswa belajar dengan cara yang berbeda dan
dengan kecepatan yang berbeda, (2) tiap siswa memerlukan pengalaman tersendiri yang
terhubung dengan pengalamannya di waktu lampau, (3) tiap siswa mempunyai latar
belakang sosial-ekonomi-budaya yang berbeda. Oleh karena itu guru perlu: (1)
mengetahui kelebihan dan kekurangan para siswanya, (2) merencanakan kegiatan yang
sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, (3) membangun pengetahuan dan ketrampilan
siswa baik yang dia peroleh di sekolah maupun di rumah, (4) menggunakan catatan
kemajuan siswa (assessment).
3. Murid mempelajari matematika baik secara mandiri maupun
melalui kerja sama dengan temannya
Implikasi pandangan ini bagi usaha guru adalah: (1) memberikan kesempatan
belajar dalam kelompok untuk melatih kerjasama, (2) memberikan kesempatan belajar
secara klasikal untuk memberi kesempatan saling bertukar gagasan, (3) memberi
kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatannya secara mandiri, (4) melibatkan
siswa dalam pengambilan keputusan tentang kegiatan yang akan dilakukannya, dan (5)
mengajarkan bagaimana cara mempelajari matematika.
4
4. Murid memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-beda
dalam mempelajari matematika
Implikasi pandangan ini bagi usaha guru adalah: (1) menyediakan dan
menggunakan berbagai alat peraga, (2) memberi kesempatan belajar matematika di
berbagai tempat dan keadaan, (3) memberikan kesempatan menggunakan matematika
untuk berbagai keperluan, (4) mengembangkan sikap menggunakan matematika sebagai
alat untuk memecahkan problematika baik di sekolah maupun di rumah, (5) menghargai
sumbangan tradisi, budaya dan seni dalam pengembangan matematika, dan (6) membantu
siswa menilai sendiri kegiatan matematikanya.
C. Hierarki Aspek Afektif dan Psikomotor
Ada beberapa penggolongan (taksonomi) aspek afektif, misalnya taksonomi oleh
Krathwhol, dkk (1981) dan taksonomi oleh Wilson (1971). Hierarki kategori aspek
afektif menurut Krathwhol meliputi menerima keadaan (receiving), merespon
(responding), pembentukan nilai (valuing), organisasi dan karakterisasi. Menurut
Krathwhol aspek sikap muncul bila ada komitmen, preferensi nilai, penerimaan nilai,
kepuasan merespon dan kemauan untuk merespon dari seseorang . Aspek minat muncul
bila ada preferensi nilai , penerimaan nilai, kepuasan merespon , kemauan untuk
merespon , kesudian untuk merespon, perhatian terpusatkan, kesudian untuk menerima
dan kesadaran dari seseorang. Proses internalisasi terjadi bila aspek-aspek taksonomi
tersebut menyatu secara hierarkis.
Menurut Paul (1963:519) sikap merupakan suatu kesiapan individu untuk
bereaksi sehingga meruapakan disposisi yang secara relatif tetap yang telah di miliki
melalui pengalaman yang berlangsung secara reguler dan terarah. Krech (1962 :139 )
menyatakan bahwa sikap merupakan suatu sistem yang terdiri dari komponen kognitif,
perasaan dan kecenderungan untuk bertindak. Sikap merupakan tingkat perasaan positif
atau negatif yang ditujukan ke objek-objek psikologi. Dengan demikian sikap berarti
kecenderungan perasaan terhadap objek psikologi yakni sikap positif dan sikap negatif
sedangkan derajat perasaan di maksudkan sebagai derajat penilaian terhadap objek.
Di samping aspek kognitif dan aspek afektif, aspek ketrampilan motorik
( unjuk kerja ) juga mempunyai peranan yang tak kalah penting untuk mengetahui
keterampilan siswa dalam memecahkan permasalahan. Dalam kegiatan ini siswa diminta
mendemonstrasikan kemampuan dan keterampilan melakukan kegiatan fisik misalnya
melukis segitiga, melukis persegi, melukis lingkaran, dsb. Untuk mengetahui tingkat
ketrampilan siswa, penilai dapat menggunakan lembar pengamatan.
III.KURIKULUM MATEMATIKA (SMU) BERBASIS KOMPETENSI
A. Standar Kompetensi
Kurikulum ini dirancang agar di dalam proses belajar matematika, siswa mampu
melakukan kegiatan penelusuran pola dan hubungan; mengembangkan kreativitas dengan
imajinasi, intuisi dan penemuannya; melakukan kegiatan pemecahan masalah; serta
mengomunikasikan pemikiran matematisnya kepada orang lain. Untuk mencapai
kemampuan tersebut dikembangkan proses belajar matematika yang memperhatikan
konteks dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
5
Standar kompetensi yang perlu dicapai oleh siswa SMU adalah:
1. Menyelesaikan masalah matriks dan determinan
2. Menentukan nilai kebenaran suatu konjungsi, disjungsi, implikasi, dan
biimplikasi.
3. Mengidentifikasikan dan membuktikan sifat-sifat operasi himpunan
4. Menyelesaikan masalah persamaan kuadrat dan fungsi kuadrat
5. Mengidentifikasikan ukuran suatu kumpulan data
6. Mengidentifikasikan fungsi dan menggambar grafik fungsi: aljabar,
trigonometri, eksponen.
7. Mengidentifikasikan, membuktikan, dan menyelesaikan masalah trigonometri.
8. Mengidentifikasi, menentukan hokum limit fungsi, dan menyelesaikan masalah
limit fungsi.
9. Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah turunan.
10. Mengidentifikasi peluang, dan menyelesaikan permasalahannya.
11. Mengidentifikasi unsure-unsur bangun bidang.
12. Mengidentifikasi unsure-unsur bangun ruang.
13. Menyusun dan menyelesaikan masalah persamaan garis lurus.
14. Menyusun persamaan lingkaran dan menyelesaikan masalah lingkaran.
15. Menyusun persamaan elips dan menyelesaikan masalah elips.
16. Menyusun persamaan lingkaran dan menyelesaikan masalah parabola.
17. Menyusun persamaan lingkaran dan menyelesaikan masalah hiperbola.
18. Menyelesaikan masalah system pertidaksamaan linear.
19. Mengidentifikasi, dan menyelesaikan masalah antiturunan.
20. Mengidentifikasi, dan menyelesaikan masalah barisan dan deret.
B. Format Silabus
Format silabus merupakan bentuk penyajian isi silabus yang terdiri dari standar
kompetensi, kemampuan dasar, materi pembelajaran, uraian materi pembelajaran,
pengalaman belajar siswa alokasi waktu, dan sumber acuan yang dipakai; sedangkan
sistematika silabus menggambarkan urutan penyajian bagian-bagian silabus tersebut.
Baik format maupun sistematika silabus disusun berdasarkan prinsip pencapaian
standar kompetensi. Oleh karena itu, sistematika penyajian silabus meliputi identifikasi
jenjang sekolah, mata pelajaran, kelas, semester, rumusan standar kompetensi,
kemampuan dasar yang ingin dicapai, materi pembelajaran, uraian materi pembelajaran,
pengelaman belajar, alokasi waktu dan sumber acuan/rujukan.
Format silabus dibuat sedemikian rupa agar para guru atau pengguna dapat
mempelajari dan mempraktekkan silabus dengan mudah. Daerah dan sekolah mempunyai
wewenang untuk menjabarkan kemampuan dasar menjadi materi pembelajaran, uraian
materi pembelajaran, pengalaman belajar, alokasi waktu, dan sumber belajar mengajar.
C. Langkah-Langkah Penyusunan Silabus Berbasis Kemampuan Dasar Mata
Pelajaran Matematika
Langkah-langkah penyusunan Silabus Berbasis Komampuan Dasar mata
pelajaran Matematika, merupakan serangkaian kegiatan yang diawali dengan kajian
filosofis pengembangan pendidikan matematika, termasuk di dalamnya adalah
penyusunan struktur keilmuan. Agar diperoleh suatu struktur keilmuan sesuai dengan
6
hakekat matematika dan hakekat pembelajaran matematika maka perlu dilakukan validasi
struktur keilmuan. Setelah diperoleh struktur keilmuan matematika untuk tingkat SMU
maka dijabarkanlah kemampuan dasar yang minimal dikuasai siswa SMU. Dalam
mengembangkan kemampuan dasar tersebut, disamping dengan membandingkan dengan
negara lain juga dilakukan validasi. Rumusan Kemampuan Dasar yang diperoleh
merupakan hasil vaildasi, ujicoba dan revisi.
Materi Pembelajaran dikembangkan berdasarkan Kemampuan Dasar, dan diikuti
dengan Uraian Materi dan penulisan Pengalaman Belajar. Draf Kurikulum dan Silabus
Berbasis Kompetensi diperoleh setelah dilakukannya seminar akhir dari hasil uji coba
diberbagai tempat di Indonesia. Identifikasi mata pelajaran meliputi : (1) nama mata
pelajaran (yaitu Matematika), (2) jenjang sekolah (yaitu SMU), dan kelas/semester. Jika
diperlukan maka dapat ditambahkan keterangan mengenai kemampuan awal siswa,
tingkat kemampuan serta karakteristik mereka. Penyebaran standar kompetensi mata
pelajaran matematika dipilih dari isi mata pelajaran matematika yang telah divalidasi oleh
pakar dan disusun berdasar prinsip dari sederhana menuju ke yang lebih kompleks dan
dari yang kongkrit ke yang abstrak.Kemampuan dasar adalah kemampuan minimal dalam
mata pelajaran yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh siswa dari standar
kompetensi untuk mata pelajaran matematika. Tiap standar kompetensi dapat dijabarkan
menjadi 3 sampai 6 kemampuan dasar dengan menggunakan kata kerja yang operasional
.
D. Penentuan Materi Pembelajaran dan Uraiannya
Untuk semua jenjang pendidikan, materi pembelajaran matematika meliputi
(Ebbutt dan Straker, 1995):
a. Fakta (facts), meliputi informasi, nama, istilah dan konvensi
b. Pengertian (concepts), meliputi membangun struktur pengertian,
peranan struktur pengertian, konservasi, himpunan, hubungan pola,
urutan, model, operasi, dan algoritma.
c. Keterampilan penalaran, meliputi memahami pengertian, berfikir logis,
memahami contoh negatif, berpikir deduksi, berpikir sistematis, berpikir
konsisten, menarik kesimpulan, menentukan metode, membuat alasan,
dan menentukan strategi.
d. Keterampilan algoritmik, meliputi : mengikuti langkah yang dibuat
orang lain, membuat langkah secara informal, menentukan langkah,
menggunakan langkah, menjelaskan langkah, mendefinisikan langkah
sehingga dapat dipahami orang lain, membandingkan berbagai langkah,
dan menyesuaikan langkah.
e. Keterampilan menyelesaikan masalah matematika (problemsolving)
meliputi: memahami pokok persoalan, mendiskusikan alternatif
pemecahannya, memecah persoalan utama menjadi bagian-bagian kecil,
menyederhanakan persoalan, menggunakan pengalaman masa lampau
dan menggunakan intuisi, untuk menemukan alternatif pemecahannya,
mencoba berbagai cara, bekerja secara sistematis, mencatat apa yang
terjadi, mengecek hasilnya dengan mengulang kembali langkahlangkahnya,
dan mencoba memahami persoalan yang lain.
f. Keterampilan melakukan penyelidikan (investigation), meliputi:
mengajukan pertanyaan dan menentukan bagaimana memperolehnya,
7
membuat dan menguji hipotesis, menentukan informasi yang cocok dan
memberi penjelasan mengapa suatu informasi diperlukan dan bagaimana
mendapatkannya, mengumpulkan dan menyusun serta mengolah
informasi secara sistematis, mengelompokkan criteria, mengurutkan dan
membandingkan; mencoba metode alternatif, mengenali pola dan
hubungan; dan menyimpulkan.
Materi pembelajaran matematika adalah materi yang dipelajari oleh siswa,
sebagai sarana untuk memperoleh kemampuan dasar dan tujuan pembelajaran. Berikut
contoh perumusan materi pembelajaran yang sudah disesuaikan dengan kemampuan
dasar dan standar kompetensi:
Kemampuan
Dasar
Materi
Pembelajaran
Pengalaman Belajar
Menyelesaikan
masalah
penjumlahan
dan perkalian
matriks
• Konsep Matriks
• Lambang Matriks
• Algoritma
penjumlahan dan
perkalian Matriks
• Memecahkan masalah nyata ke dalam symbol
matematis, yang dapat memunculkan symbol
matriks
• Memecahkan masalah nyata dengan
menggunakan matriks
Pengalaman dan kegiatan belajar merupakan kegiatan yang perlu dilakukan siswa
dalam rangka mencapai kemampuan dasar dan materi pembelajaran. Ditinjau dari
kompetensi yang ingin dicapai, pengalaman belajar dapat menghafal, menggunakan, dan
menemukan; dilihat dari sisi materi maka pengalaman belajar dapat berkatan dengan
diperolehnya fakta, konsep, prinsip dsb. Pengalaman belajar dapat diperoleh baik di
dalam maupun di luar kelas. Pengalaman belajar siswa perlu didukung dengan
ketersediaan sumber bahan, baik berupa objek langsung maupun objek tak langsung yang
bersifat kontekstual. Dengan demikian maka strategi pembelajaran yang dikembangkan
dapat bersifat : (1) menekankan pada pemecahan masalah, (2) belajar diberbagai konteks
kehidupan sehari-hari, (3) mendorong siswa sebagai active learners, (4) menghargai
keunikan diri siwa dan memperhatikan keanekaragaman perbedaan siswa, (5) belajar
melalui cooperative learning, dan (6) mengembangkan asesmen dalam sistem
pengujiannya.
Alokasi waktu yang diperlukan ditentukan oleh : (1) tingkat kesukaran materi, (2)
luas cakupan materi, (3) frekuensi dan tingkat materi dipelajari, dan (4) distribusi dan
banyaknya kompetensi yang dipelajari di tiap semester. Jika alokasi waktu mata
pelajaran matematika untuk SMU adalah 5 jam per minggu; di mana tiap jam pelajaran
adalah 45 menit. Minggu efektif dalam satu semester adalah 16 minggu. Jika 1 (minggu)
digunakan untuk kegiatan evaluasi maka terdapat 15 minggu efektif untuk pembelajaran
pada tiap semester. Maka jumlah jam efektif persemester adalah 5 jam x 15 minggu = 75
jam. Dengan demikian total alokasi waktu untuk 6 semester adalah 75 jam x 6 semester =
450 jam.
Di dalam menyusun silabus, guru harus mencantumkan sumber bahan yang
dijadikan acuannya dengan menggunakan cara aturan penulisan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Referensi yang digunakan hendaknya yang selaras dengan implementasi
kurikulum berbasis kompetensi dan pembelajaran dengan pendekatan contextual teaching
and learning (CT &L).
8
E. Pengembangan Satuan Pembelajaran
Satuan pembelajaran (SP) merupakan penjabaran secara lebih operasional dari
silabus ke dalam penggalan-penggalan kegiatan pembelajaran yang secara operasional
dapat dilakukan oleh guru. Program pembelajaran merupakan rencana kegiatan kelas
yang dirancang oleh guru yang berisi skenario tahap-demi tahap tentang apa yang akan
dilakukan bersama siswanya (Direktorat PLP, 2002). Komponen SP meliputi :
1. Identitas Mata Pelajaran
2. Kemampuan Dasar
3. Meteri Pembelajaran
4. Strategi Pembelajaran
5. Media Pembelajaran
6. Penilaian/Asesmen
7. Sumber Bahan
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat PLP, (2002) Pendekatan kontekstual (Contextual teaching and
learning (CTL)). Jakarta: Ditjen Dikdasmen, Depdiknas
Ebbutt, S. & Straker, A. (1995) Children and mathematics: Mathematics in
primary school, Part 1. London: Collins Educational
Ernest, P., (1991) , The philosophy of mathematics education. London : The
Falmer Press.
House, P.A & Coxford, A.F, (1995), Connecting mathematics across the
curriculum.Reston, VA: NCTM
Jaworski, B., (1994), Investigating mathematics teaching : A constructivist
enquiry.London : The Falmer Press.
Krech, D, et al. (1962). Individual in society. Tokyo : McGraw-Hill Kogakusha
Ltd.
Mukminan, dkk, (2002), Pedoman umum pengembangan silabus berbasis
kompetensi siswa SLTP. Yogyakarta: Program Pascasarjana, UNY.
Paul, T, Y. (1963). Motivation and emotion. London : John Willey and Son.
Wilson, J.W.(1971).Evaluation of learning in secondary school mathematics.
Dalam B.S. Bloom, J.T. Hasting & G.F. Madaus (Eds.) Handbook on
formative and summative evaluation of student learning. New
York:nMcGraw-Hill.
9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar